CONTOH RESENSI FILM
Sutradara : Agus Elias
Penulis : M. Haris Suhud
Pemain : Alfi Alfandy, H.Nurul Qomar, Raslina Rasidin, Rohman SBY, Kukuh P.
Stasiun TV : SCTV
Tanggal Tayang : 27 Maret 2017
Durasi : 1 Jam 14 Menit 50 Detik
Ringkasan Sinema
Sinema Wajah Indonesia “Sarjana Kambing” ini berkisah tentang seorang Sarjana Pertanian asal Indramayu yang bernama Irul. Irul adalah seorang pemuda yang pintar dan mempunyai mimpi besar, menjadi seorang petani. Bagi kebanyakan orang pekerjaan sebagai seorang petani adalah sebuah pekerjaan yang memalukan dan tidak mempunyai prospek yang baik ke depannya, termasuk menurut ayah Irul. Mimpi Irul menjadi seorang petani ditentang habis-habisan oleh ayahnya, bahkan ayahnya merasa sangat kecewa karena telah menjual sebagian besar sawahnya untuk menyekolahkan Irul yang ujung-ujungnya hanya ingin menjadi seorang petani. Bagi ayahnya kerja kantoran adalah pekerjaan yang terbaik, tak apa meski kerja di Kantor Urusan Agama (KUA) yang jelas-jelas bukan bidangnya. Asal kerja kantoran. Berangkat pagi-pagi pakai seragam dan kalau sudah diangkat jadi PNS kan gajinya lumayan. Sejahtera.
Keseharian Irul yang selalu bertani, berkebun dan juga berternak kambing ditertawai banyak orang, “Sarjana kok jadi petani, sarjana kok angon kambing.” Cemoohan orang tesebut lama-lama menjadi julukan baru bagi Irul, yakni Sarjana Kambing. Namun, hal tersebut tak membuat hati Irul ciut, ia tetap bersikukuh ingin menjadi seorang petani. Ia berpikir bahwa dengan menjadi seorang petani ia bisa mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya selama di perguruan tinggi, selain itu ia juga punya cita-cita untuk menyejahterakan para petani.
Sampai suatu hari datanglah kawan lama Irul yang bernama Torang. Awalnya Torang megatakan bahwa maksud kedatangannya ke rumah Irul adalah dalam rangka urusan bisnis. Ia ingin mencari kayu jati terbaik sebagai bahan untuk membuat meubel yang akan diekspor ke Eropa. Namun, pada akhirnya Torang mengaku bahwa kedatangannya tidak lain adalah untuk menenangkan diri pasca ia membuat usaha keluarganya merugi milyaran rupiah.
Kedatangan Torang itu pada akhirnya memunculkan kembali ide brilian sekaligus gila dari Irul. Irul mengajak Torang dan Kukuh (Sahabat Irul yang lain) untuk melakukan bisnis dalam bidang pertanian (Agribisnis). Melalui website Petarung.com Irul ingin mempertemukan petani dengan pembeli secara langsung sebagai usaha untuk memutus mata rantai para tengkulak yang mempermainkan harga dan juga mempertemukan petani dengan para ahli pertanian baik sarjana ataupun profesor agar dapat berkonsultasi secara langsung. Tujuan dari bisnis ini tak lain adalah untuk membuat para petani semakin sejahtera.
Pada saat usaha tersebut baru mulai bertumbuh, Irul mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan besar di Jakarta yang tentu sangat membuat hati ayah Irul senang. Irul gamang. Di satu sisi ia tetap ingin menjadi seorang petani dan di sisi yang lain ia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya yang terlanjur bahagia karena panggilan kerja tersebut. Namun, pada akhirnya Irul tetap memutuskan untuk tidak bekerja dan melanjutkan perjuangannya untukmembangun Petarung.com. Ayahnya saat itu sangat murka pada Irul. Tapi sekali lagi hal itu tidak membuat hati Irul gentar. Irul tetap berusaha mengembangkan Petarung.com sampai lambat laun usahanya tersebut menjadi cukup besar dan diakui kemanfaatannya baik oleh masyarakat maupun pemeritah. Sampai pada akhirnya orang tua Irul pun ikut bangga pada anaknya.
***
Sinema Wajah Indonesia kali ini mengangkat sebuah kisah yang sangat dekat di kalangan anak muda dan masyarakat. Melalui sinema ini seolah-olah kita diingatkan kembali kepada idealisme kita bahwa sekolah adalah untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari pekerjaan. Namun, pemikiran masyarakat yang berkembang saat ini cenderung menuntut setiap orang harus menjadi seorang pekerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tuntutan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dan sering kali pemikiran ini menjadi salah kaprah dimana pekerjaan yang dianggap paling baik adalah bekerja di sebuah kantor, entah itu kantor pemerintahan atau swasta. Yang jelas bekerja di kantor dengan memakai seragam atau baju necis. Pekerjaan sebagai petani tentu tidak layak bagi seorang sarjana.
Pemikiran tersebut tentu tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari segi ekonomi dimana kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia yang masih cukup rendah mendorong mereka untuk berpikir bahwa mereka harus mempunyai pekerjaan yang lebih baik, sehingga mereka akan mendapatkan pendapatan yang lebih banyak lagi. Bagaimana cara mendapatkan pekerjaan yang lebih baik? Yaitu dengan pendidikan yang tinggi. Sehingga pola pikir “Sekolah untuk mencari pekerjaan” sudah tertanam dengan sendirinya dalam pikiran mereka. Dari segi budaya sendiri kita tidak dapat memungkiri bahwa sejak zaman dulu pikiran mengenai orang yang dianggap “priyayi” atau terpandang di masyarakat adalah orang yang mempunyai kedudukan atau jabatan. Sehingga, setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang yang terpandang dengan menduduki suatu kedudukan tertentu. Dan petani tentu bukanlah kedudukan yang dimaksud.
Selain itu, sinema ini juga mengingatkan bahwa pendidikan sejatinya membutuhkan suatu implementasi dalam kehidupan nyata melalui salah satu sikap Irul yang lebih memilih untuk menggunakan pupuk kompos dibandingkan dengan pupuk kimia karena pupuk kompos lebih ramah lingkungan. Hal ini mengingatkan saya pada sebuah kata mutiara seorang ulama yang pernah diajarkan pada saya saat di pesantren dahulu, yakni “Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.”
Dan pada akhirnya kita juga diingatkan bahwa tujuan dari pendidikan seseorang adalah untuk kemanfaatan banyak orang, bukan hanya untuk kemanfaatan dirinya sendiri. Dengan ilmu yang dimilikinya Irul berusaha untuk membagikan pengetahuannya kepada para petani lain di desanya, juga mencoba mencari cara untuk bisa lebih menyejahterakan para petani dengan memutus mata rantai para tengkulak yang banyak mempengaruhi harga. Dan kata-kata Irul yang menurut saya paling menggigit dalam sinema ini adalah “Menjadi sarjana tidak harus melulu mencari lowongan pekerjaan, tapi membuat lowongan pekerjaan.”
Menurut penilaian saya sebagai orang yang awam, sinema ini merupakan sinema yang sangat bagus, baik dari segi cerita, akting pemain dan pengambilan gambarnya. Namun, berbeda dari Sinema Wajah Indonesia sebelumnya yang mengambil latar tempat di Indramayu juga yakni Kurang Garam, Sarjana Kambing ini tidak terlalu kental berusaha menunjukan ke-Dermayu-annya, terutama dalam segi bahasa dan logat yang digunakan.Dan kekurangan selanjutnya menurut saya adalah waktu penayangannya yang sangat larut di layar kaca membuat sinema ini tidak terlalu banyak ditonton oleh masyarakat. (Kalau bisa sih sinema-sinema yang seperti ini yang diperbanyak ditayangkan di televisi, agar masyarakat pun semakin bisa teredukasi melalui sebuah karya seni secara ringan).
(Sebagaimana telah dipublikasikan di http://www.lizadzulhijjah.blogspot.co.id
Tugas 1.
Buatlah sinopsis film LASKAR PELANGI atau Film yang anda gemari seperti contoh di atas ( tulis lah sutradaranya, karya, tokoh-tokoh dalam film yg anda tonton), ringkas isi film, kemudian berilah kesimpulan atau kritikan terhadap film tersebut.
Tulis di buku tugas.
Post a Comment
komentar yang sopan sopan saja