Media belajar Media belajar Author
Title: Analisis Hiperbola, oleh Nur WBO
Author: Media belajar
Rating 5 of 5 Des:
BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Khasanah sastra indonesia sangat luas dan beragam pada dasarnya terdiri dari dua jen...
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Khasanah sastra indonesia sangat luas dan beragam pada dasarnya terdiri dari dua jenis. Dikaitkan dengan medium bahasanya dibedakan menjadi bahasa lisan dan tulis. Dikaitkan dengan sejarah kelahirannya dibedakan menjadi sastra lama dan sastra modern. Demikian juka dikaitkan dengan semangat yang terdapat didalamnya maka dibedakan menjadi sastra daerah dan sastra nasional. Keragaman satra mengimplementasikan keragaman latar belakang sosial budaya. Selain itu juga karya sastra merupakan proses kreatif yang panjang dengan beberapa proses pengamatan unik yang digambarkan pengarang melalui imajinasi, ide yang kereatif,  pemilihan kata (style), dan beberapa pengendapan gambaran tentang sebuah dunia kehidupan manusia hingga terlahir karya sastra.
Karya sastra mengandung aspek kultural karena pada dasarnya karya sastra yang diciptakan pengarang berdasarkan masalah-masalah masyarakat pada umumnya. Karya sastra seperti puisi sebagai salah satu genre dari karya sastra yang dirasa paling rumit dibanding dengan genre karya sastra yang lainnya. Puisi tidak menjelaskan makna secara lugas/eksplisit melalui penjelasan yang panjang , namun puisi mementingkan unsur yang  implisit dalam menyiratkan makna dengan berbagai penasiran yang beragam. Hal itu diakibatkan karena puisi memiliki nilai estetik yang tinggi, dengan pemadatan kata maupun pemilihan gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam membuat karyanya menentukan kekarakteristikan seorang penyair.
Lahirnya sastrawan indonesia tidak terlepas dari perjuangan hebat dalam proses penciptaan karyanya. W.S Rendra adalah salah satu dari sastrawan yang berhasil melewati proses itu dengan terlahirnya buku kumpulan puisi. Terbitnya kumpula puisi tahun 1957, berjudul Balada orang-orang tercinta, hingga pada tahun 1997, Perjalanan Bu Aminah, kumpulan puisi tersebut sangat menarik, mengesankan dan mudah di ingat. Kumpulan puisi “Doa Untuk Anak Cucu” karya W.S Rendra yang diterbitkan oleh penerbit Bentang, 2013 cetakan ketiga yang berisi 23 judul puisi adalah objek yang akan diteliti. Rendra terkenal dengan sosok pejuang kemanusiaan dan kebudayaan melalui puisi yang dirangkai dengan kata-kata yang indah dengan fenomena disetiap kalimat-kalimat bernas, dan beberapa gaya bahasanya.
Gaya bahasa merupakan cabang ilmu tertua dalam bidang kritik sastra. Menurut Fowler (Ratna, 2013: 4) makna-makna yang diberikan sangat kontroversial dan relevensinya banyak menimbulkan perdebatan. Gaya terkandung dalam semua teks bukan bahasa tertentu, bukan semata-mata teks sastra. Gaya adalah ekspresi.
Kehadiran gaya bahasa menjadi sebagian kebutuhan dalam berkomunikasi. Gaya bahasa digunakan untuk mengekspresikan apa yang dipikirkan. Gaya bahas mampu memberi makna lain dari suatu ungkapan. Oleh karena itu perlu penelitian yang membahas pemaknaan atau deskripsi makna dari gaya bahasa yang ditimbulkan.  Kumpulan puisi  Doa Untuk Anak Cucu  banyak dijumpai berbagai gaya bahasa. Di dalam puisi tersebut terdapat gaya bahasa hiperbola untuk mengungkapkan pernyataan yang bermaksud melebih-lebihkan.  Pemakain gaya bahsa hiperbola pada puisi Rendra tersebut menimbulkan arti atau makna yang melebih-lebihkan dan menjadikan karyanya menjadi lebih memiliki nilai estetis dan karakteristik pengarang.
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti pemakaian gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam kumpulana puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra. Adapun alasan dipilihnya buku kumpulan puisi tersebut karena: 1. Kumpulan puisi karya Rendra dengan judul Doa Untuk Anak Cucu  belum dianalisis menggunakan gaya bahasa hiperbola. 2. Kumpulan puisi karya Rendra dengan judul Doa Untuk Anak Cucu terdapat gaya bahasa hiperbola, sehingga sesuai dengan penelitiaan yang hendak dilakukan.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah , identifikasi masalah yang ada antara lain sebagai berikut.
1.      Macam-macam gaya bahasa yang dipakai pada kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu.
2.      Wujud kalimat yang terdapat gaya bahasa hiperbola  yang digunakan W.S Rendra dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu.
3.      Deskripsi/pemaknaan  berdasarkan gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.
4.      Fungsi gaya bahasa hiperbola dalam puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.

C.     Pembatasan Masalah
Bedasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi dengan dua pembatasan, Diantaranya:
1.      Wujud  kalimat yang terdapat gaya bahasa hiperbola yang digunakan W.S Rendra dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu.
2.      Deskripsi/pemaknaan berdasarkan gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.
3.      Fungsi gaya bahasa hiperbola dalam puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan maslah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah wujut kalimat yang terdapat gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu?
2.      Bagaimanakah pemaknaan/deskripsi berdasarkan gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra?
3.      Apa fungsi gaya bahasa hiperbola dalam puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.

E.     Tujuan penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah, tujuan yang dapat ditulis adalah sebagai berikut:
1.      Menemukan wujud gaya bahasa hiperbola yang digunakan W.S Rendra dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu.
2.      Mendeskripsikan/memberi pemaknaan berdasarkan gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.
3.      Mendeskripsikan Fungsi gaya bahasa hiperbola dalam puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra.

F.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis.
1.      Manfaat teoritis
Secara toritis  penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, menambah wawasan kepada pembaca dan komunikasi linguistik pada khususnya mengenai gaya bahasa hiperbola.
2.      Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai gaya bahsa, terutama gaya bahasa hiperbola. Memberikan pendeskripsian atau gambaran mengenai maksud gaya hiperbola yang digunakan dan membantu menafsirkan makna yang terkandung dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak cucu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Kajian Teoritik
1.      Hakikat Setilistika
Menurut Shipley (Ratna, 2013 : 8) stylistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya (style), sedang style berasal dari kata stilus (latin) semua berati alat perujung rancing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Dalam bidang bahasa dan sastra style dan stylistic berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek tertentu. Jadi setilisika adalah bagian ilmu sastra, yang lebih sempit lagai ilmu gaya bahasa dengan kaitannya dengan aspek-aspek kein dahan.
2.      Pengertian Puisi
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani “peio” atau “poio” atau “poetes” yang berarti: 1) membangun, 2) menyebabkan, menimbulkan, dan 3) membuat puisi atau penyair. Slamet Muljana, 1951 (dalam baribin: 1990).
Menurut Sayuti (2010: 3) secara sederhana puisi dapat dirumuskan sebagai “bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosial; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu.
Dari beberapa pengertian puisi berdasarkan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah cipta sastra yang mengungkapkan, perasaan kesan atau kenangan baik secara indifidu maupun sosial yang di ucapkan/tulis dengan teknik Consentrated,  padat, itensif dan memiliki nilai setyle.
3.      Gaya (Style) dan Gaya Bahasa
a.       Pengertian Gaya
Menurut Murry, 1956 (Ratna, 2013: 6), semua gaya dalam hubungan ini gaya karya sastra, khususnya gaya bahasa karya sastra yang berhasil adalah srtifisial, diciptakan dengan sengaja. Gaya dengan demikian adalah kualitas bahasa, merupakan ekspresi langsung pikiran dan perasaan. Tanpa adanya hubungan yang harmonis antara kedua gejala tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gaya memiliki sejumlah ciri: yaitu, a) kekuatan, kesanggupan, b) sikap gerkan atau tingkah laku, c) irama lagu, seperti gaya musik barat, d) cara melakukukan seperti gaya renang, e) ragam, cara, seperti gaya bahasa klasik, populer, f) ragam, cara seperti bentuk bangunan, g) cara yang khas, seperti pemakaian bahasa dalam karya sastra misalnya gaya inversi.
Stue Ewen (Ratna, 2013: 305) menyebutkan 3 wilayah tempat gaya berperan, sebagai berikut:
1.      Gaya sebagai medium untuk mendefinisikan diri, gaya sebagai sasrana untuk menentukan posisi seseorang dalam wacana, dalam kaitannya dengan kelas, politik, ekonomi, dan seks.
2.      Gaya sebagai medium untuk memahami masyarakat, lembaga sosial menggunakan gaya tertentu untuk menunjukan identitas, dan kekuasaanya.
3.      Gaya sebagai elemen pembentuk kesadaran tentang dunia, baik sebagai informasimaupun citra.

b.      Pengertian Gaya bahasa
Menurut shipley (Ratna, 2013 : 10) gaya bahasa berasal dari tradisi yunani yaitu Plato dan Aristotels. Keduanya menganggap gaya sebagai kualitas ekspresi. Terlepas dari kedua tradisi klasik tersebut dalam teori moderen Murry membedakan tiga pengertian gaya bahasa: a) gaya bahasa sebagai kehasan personal, b) gaya bahasa sebagai teknik eksposisi (penjelasan), c) gaya bahasa sebgai usaha pencapaian kaya sastara.
Sedangkan menurut Abrams 1981 (Ratna, 2013 : 22) gaya bahasa adalah ekspresi linguistik , baik di dalam puisi maupun prosa (cerpen, prosa dan drama).
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiranmelalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002: 113). Suatu penciptaan puisi, juga bentuk-bentuk tulisan yang lain, misalnya cerpen, novel, naskah drama (Wacana sastra) sangat membutuhkan penguasaan gaya bahasa, agar puisi yang dihasilkan nanti lebih menarik, indah, dan berkualitas.
Maka dapat di simpulkan bahwa gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahsa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Sedangkan gaya digunakan untuk melahirkan keindahan.

4.      Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Pembicaraan tentang gaya bahasa sangatlah luas. Gorys Keraf (2002: xi-xii) membagi persoalan gaya bahasa, yakni:
a.       Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
b.      Gaya bahasa berdasarkan nada
c.       Gaya bahasa berdarkan struktur kalimat
d.      Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
a)      Gaya bahasa retorika, diantaranya:
1) Aliterasi                6) Asidenton               11) Litotes
2) Asonansi               7) Polisindenton          12) Histeron proteron 
3) Anastrof                8.) Kiasmus                 13) Oksimoton
4) Apofasis/               9) Elipsis                     14) Perifrasis  
5) Apostrof               10) Eufimismus           15) Prolepsis

16) Erotesis/pertanyaan retoris
17) Silepsis dan Zeugma
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbola
20) Paradoks
21) Pleonasme dan tautologi

b)      Gaya bahasa kiasan, diantaranya:
1)      Persamaan/simile                               9) Metonimia
2)      Metafora                                           10) Antomonasia
3)      Alegori, Parabel dan Fabel                11) Hipalase
4)      Personifikasi                                      12) Ironi
5)      Alusi                                                  13) Satire
6)      Eponim                                              14) Iniendo
7)      Epitet                                                            15) Antifrasis
8)      Sinekdoke                                         16) Paronomasia

5.      Majas Hiperbola
Gaya bahasa juga banyak di kemukakan oleh Gorys Keraf (Ratna: 2013: lampiran, 441) secara garis besar majas di bedakan menjadi 4 macam, diantaranya: penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran. Hiperpola masuk dalam kelompok gaya bahasa perbandingan.

Hiperbola adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang sengaja dibesar-besarkan dan dibuat berlebihan, sehingga pernyataan tersebut dirasa tidak masuk akal.
Contoh:
·         Saya ucapkan beribu-ribu terima kasih atas perkenan Bapak dan Ibu menghadiri undangan panitia.
·         Bertemu kamu sayang, wahai sahabatku yang elok dan indah, syahdu, hati berbunga-bunga sejuta rasanya terbang melayang di angkasa bahagia.
·         Pikirannya tersebar keseluruh dunia
·         Lautan manusia sudah memenuhi stadion.
·         Aku adalah salah satu hiu terganas dari klub perenang yang pernah ada.

Berdasarkan kutipan dan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan pemajasan hiperbola sebagai pemajasan paling dominan berfungsi untuk memberikan gambaran kejelasan dengan menggunakan kata yang melebihi dengan makna sebenarnya sehingga memberi minat baca.
6.      Arti dan Makna
Dalam ilmu sastra arti dan makna dibedakan. Arti (meaning) di hasilkan oleh pengarang, makna (significane,meaning of meaning, meaningful) oleh pembaca. Pertama kali didiskusikan oleh C.K Ogden dan I.A Richard 1923 (Ratna, 2013: glosarium, 401).







BAB III
PEMBAHASAN

A.    Analisis Gaya Bahasa Hiperbola dan Pemaknaanya
Pada bagian ini akan dibahas satu persatu permasalahan yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu: wujut teks yang terdapat gaya bahasa hiperbola, memberi pemaknaan berdasarkan hasil diskripsi teks yang mengandung gaya bahasa hiperbola, dan mendeskripsikan fungsi gaya bahasa tersebut.
Hiperbola merupakan gaya bahasa yang bertujuan untuk menekankan maksud dengan sengaja melebih-lebihkan, membesar-besarkan, dalam suatu hal untuk memperoleh efek estetis dan memberikan gambaran kejelasan. Kumpulan puisi Doa Utuk Anak Cucu terdapat beberapa gaya bahasa hiperbola yang digunakan W.S Rendra.
Perhatikan kutipan Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia karya Rendra di bawah ini:
....
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalanan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Pikiran simpul membentur simpul-simpul sejarah.

Dari kutipan diatas, /Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalanan./  memiliki makna yang menjelaskan bahwa, seseorang yang melihat bangkai manusia yang mati tergeletak di aspal jalanan. Terdapat gaya bahasa hiperbola setelah mendapati tambahan kata lengket. Pengarang menambahkan kata lengket guna memberikan kesan melebih-lebihkan sehingga terkesan tragis dan memberi suasana duka yang mendalam. Secara akal pikir manusia, bangkai yang mati tergeletak hingga lengket di aspal, bisa saja terjadi tetapi kata lengket bermakna lekat, menempel erat. Menimbulkan kesan yang berlebihan. Padahal Rendra hanya bermaksud menjelaskan bahwa di jalan aspal terdapat mayat manusia. Pengarang berhasil memunculkan kesan yang melebihi sebenarnya untuk menekankan maksud tertentu sehingga memberikan gambaran yang menarik.
 /Amarah merajalela tanpa alamat./ pada kutipan ini juga terdapat gaya bahasa hiperbola yang menjelaskan bahwa seseorang sedang marah dan tidak tahu harus kemana ia luapkan. Kata merajalela memberikan kesan melebih-lebihkan namun kata itu dipilih pengarang untuk menekankan maksud tertentu dan untuk mendapatkan efek estetis sehingga mempengaruhi perasaan pembaca.

Pada sajak yang berjudul Hak Oposisi, yang ia tulis pada 10, Oktober, 1971. Terdapat gaya bahasa hiperbola. Perhatikan kutipan di bawah ini:
....
Kamu wajib memasang telinga
-Selalu.

Pada kutipan sajak tersebut terdapat penggunaan majas hiperbola. Kutipan di atas mempunyai makna seseorang hendaklah mendengarkan omongan orang lain. Kata wajib memasang memiliki kesan melebih-lebihkan karena telinga pada dasarnya sudah melekat pada kepala. Kalimat di atas tentunya terkesan tidak masuk akal dan terasa melebih-lebihkan. Akibat gaya hiperbola yang dihasilkan pada kalimat tersebut ahirnya menimbulkan kesan yang tidak masuk akal, akan tetapi seorang yang diminta memasang telinga sudah  mengetahui maksut tersebut, yaitu untuk mendengar setiap pembicaraannya.




Pada sajak yang berjudul Kesaksian Ahir Abad juga terdapat gaya bahasa hiperbola. Perhatikan pada kalimat di bawah ini.
Ratap tangis menerpa pintu kalbuku.
Bau anyir darah mengganggu tidur malamku.
....
Pada baris pertama /Ratap tangis menerpa pintu kalbuku./ makna dalam kalimat tersebut yaitu mengeluh, menangis atau mengeluarkan ucapan yang menyedihkan hingga mampu menyentuh pangkal perasaan batin. Gaya bahasa hiperbola sangat terlihat pada kata menerpa. Tangis merupakan ungkapan rasa sedih dan mengeluarkan air mata secara berlahan, sedangkan menerpa dapat berarti serangan atau terkaman. Jadi pada kalimat tersebut terkesan melebih-lebihkan sesuatu hal dengan cara menambahkan kata yang memiliki nilai style yang tinggi dan menjadi kalimat yang mengandung gaya bahasa hiperbola.
Hiperbola  dalam puisi tidak hanya terdapat pada baris atau bait puisi. Berikut gaya hiperbola juga terdapat pada judul puisi. Perhatikan pada judul puisi di bawah ini:
Perempuan yang Tergusur
Pada judul puisi di atas, yang ditulis Renda sejak 3 Desember 2003. Merupakan bagian dari gaya bahasa hiperbola, pada kalimat /Perempuan yang Tergusur/ memiliki makna perempuan yang tergeser, pindah tempat, atau dibongkar. Kata tergusur terasa melebih-lebihkan di mana objek yang digusur adalah seorang perempuan. Sedang kata gusur sering digunakan untuk penggusuran bangunan, atau penggusuran tanah. Judul tersebut justru menimbulkan gaya yang dirasa indah dan menjadikan terlihat lebih menarik.

B.     Fungsi Gaya Bahasa Di dalam Kumpulan Puisi Doa Untuk Anak Cucu
Berdasarkan dari analisi wujud dan pemaknaan, maka fungsi gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya Rendra kebanyakan bertujuan untuk menekankan maksud dengan sengaja melebih-lebihkan, membesar-besarkan, dalam suatu hal untuk memperoleh efek estetis dan memberikan gambaran kejelasan. Misalkan pada kutipan berikut: /Amarah merajalela tanpa alamat./ pada kalimat tersebut terdapat gaya bahasa hiperbola yang berfungsi untuk memberikan rangsangan, tanggapan, dan pembaca tanggap akan bahasa yang melebih-lebihkan sehingga pembaca mendapatkan kesan tersendiri dan dapat menjiwai pembacaan puisi tersebut.

Perempuan yang Tergusur
Pada kutipan judul puisi di atas memiliki gaya bahasa hiperbola. Seseorang yang membacanya akan terasa pilu, menimbulkan suasana sedih, memunculkan rasa belas kasihan, dan empati karena didukung adanya gaya bahasa hiperbola pada kata tergusur. Kata tergusur terasa sangat berlebihan dan membesar-besarkan karena kata gusur sering digunakan dalam penggusuran tanah ataupun rumah sedang di dalam judul puisi tersebut digunakan untuk mengusir wanita. Akibat dari penulisan yang menggunakan teknik tersebut bahasa yang dipilih pengarang mampu membesar-besarkan dengan pilihan kata yang tepat dan bertendens.

sebagian pembahasan yang lain tidak dimuat dalam blog ini.







KESIMPULAN
Dari hasil penelitian pemaknaan, analisis wujut, dan beberapa fungsi gaya bahasa hiperbola dapat diambil kesimpulan bawha kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S Rendra terdapat gaya bahasa hiperbola dan dari 23 sajaknya hanya beberapa sajak yang mengandung gaya bahasa hiperbola. Sebagian besar terdapat di dalam baris puisi dan ada pula dibagian judul puisinya. Selain itu gaya/style yang dipilih Rendra dalam menulis puisinya telah sampai pada pilihan-pilihan kata yang mampu membangunkan kekarakteristikan seorang penyair itu sendiri. Susunan kata yang dipilihnya tidak hanya berpusat pada seni tetapi pilihan kata di sertai gaya bahasa yang tepat menimbulkan dorongan atau tenaga untuk memikat pembaca.













DAFTAR PUSTAKA

Ratna, Nyoman Khuta. 2013. Setilistika kajian puitika bahasa, sastra dan budaya. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Pradopo, Rachmat Joko. 2011. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Baribin, Raminah.1990. Teori dan Apresiasi Puisi.  IKIP Semarang Pres. Semarang.
Sayuti, Suminto. 2010. Berkenalan dengan Puisi. Gama Media. Yogyakarta.
Padi, editor. 2013. Kumpulan Super Lengkap Sastra Indonesia. Padi. Jakarta.
Rendra, W.S. 2013. Doa Untuk Anak Cucu. Bentang. Yogyakarta.
Gaya Bahasa _ Blog Danriris Bahasa Indonesia.htm. (di unduh tanggal 17, Desember 2014 jam 16:38)


 

About Author

Advertisement

Post a Comment

komentar yang sopan sopan saja

 
Top